Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diprediksi dapat mengancam daya beli masyarakat. Penurunan daya beli ini bisa berimbas ke bisnis financial technology (fintech) dalam menyalurkan pinjaman.
Sebelum kenaikan BBM saja, terdapat 2,53% pembiayaan fintech bermasalah hingga Juni 2022. Angka tersebut yang tertinggi di sepanjang tahun ini.
Chief Executive Officer (CEO) Modalku Indonesia, Reynold Wijaya menyebutkan, kenaikan harga BBM bisa mempengaruhi bisnis. Karena itu modalku berusaha melakukan mitigasi risiko sebaik mungkin.
“Kami mengintegrasikan model seleksi kelayakan calon peminjam, sehingga kami senantiasa dapat mengelola risiko-risiko yang mungkin timbul,” kata Reynold (Selasa, 6/9).
Hingga kini, Modalku telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 38,73 triliun. Jumlah itu mengalir kepada lebih dari 5,1 juta usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam.
Akseleran mengalami hal yang sama. CEO & Co-Founder Akselera, Ivan Tambunan menyatakan kondisi saat ini akan dirasakan para pelaku UMKM. Meski demikian, ia tetap optimistis, hal tersebut tidak terlalu berpengaruh kepada penyaluran dana Akseleran ke UMKM.
“Berlanjutnya pemulihan menyebabkan ekonomi terus menggeliat ke depan. Kami optimistis, rata-rata penyaluran bulanan Akseleran masih bisa bertahan di level Rp 230 miliar sampai Rp 250 miliar,” ujar Ivan.