Pandemi Covid-19 yang sudah terjadi lebih dari dua tahun mendorong para pelaku industri asuransi untuk menciptakan inovasi. Didukung oleh para investor yang melihat peluang pasar di Indonesia, lahir berbagai startup Insurtech dengan berbagai macam model bisnisnya.
Belum ada definisi yang jelas dan disetujui bersama mengenai insurtech. Milken Institute membagi perusahaan insurtech (insurance technology) ke dalam dua definisi:
- Pertama, perusahaan asuransi (incumbent) yang mengadopsi teknologi untuk memberikan nilai tambah bagi kliennya, dan
- Kedua, perusahaan teknologi yang memasuki bisnis asuransi dan menarik konsumen yang akrab dengan teknologi digital (digital savvy) sebagai baru produk asuransi.
Techinasia membagi startup insurtech ke dalam beberapa kategori model bisnis yang lebih spesifik, yaitu:
- Marketplace: Platform yang menjual berbagai produk asuransi
- Personal Finance Assistant: Membantu pengguna mencari produk asuransi sesuai profilnya
- B2B Digital Distributor: Menawarkan produk asuransi ke perusahaan
- Value Adding Intermediary: Menawarkan solusi kemudahan administratif bagi calon pengguna produk asuransi
- Fintech Aggregator: Situs web yang mengulas berbagai produk asuransi
- Tech Enablers: Menawarkan kemudahan teknologi dalam menggunakan produk asuransi
Model bisnis marketplace memiliki jumlah pemain terbanyak, sedangkan model bisnis tech enabler dan value adding intermediary hanya punya satu pemain.
Berikut ini adalah daftar Insurtech sebagaimana yang dikumpulkan oleh Techinasia dengan beberapa penambahan yang dilakukan oleh Insurtech-Indonesia.com
Marketplace/Digital Brokerage | |
Rajapremi | Pasar Polis |
9lives | Cekpremi |
Wowpremi | Asuransiku |
Premiro | Tanamduit |
Asuransi88.com | Futuready |
Lifepal | Qoala |
Personal Finance Assistant | |
Qoala Plus | 9lives |
Lifepal | Prixa |
Value-adding Intermediary | |
Qoala Plus | PasarPolis Mitra |
Fuse |
Tech Enablers | |
Igloo | Techprotect |
Tolong buat update untuk tahun 2024 ini