Jakarta, 18 Oktober 2025 — Setelah sempat mencatat pertumbuhan positif dalam dua tahun terakhir, kini industri asuransi umum dan reasuransi mulai menunjukkan perlambatan. Meski tetap tumbuh, lajunya tidak secepat sebelumnya.
Sejumlah faktor menjadi penyebab utama, mulai dari kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, persaingan harga yang semakin ketat, hingga meningkatnya klaim dari beberapa lini bisnis utama.
Pertumbuhan Tidak Secepat Dulu
Data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menunjukkan bahwa hingga kuartal III/2025, kenaikan premi asuransi umum masih dalam kisaran single digit. Sementara pada sektor reasuransi, volume penempatan dari perusahaan asuransi juga tercatat menurun.
Menurut Andi Pratama, Wakil Ketua Bidang Statistik AAUI, perlambatan ini wajar terjadi di tengah tantangan ekonomi global dan domestik.
“Banyak nasabah menunda pembelian polis baru karena daya beli masih menurun. Selain itu, kompetisi harga antar perusahaan juga semakin ketat,” jelasnya.
Persaingan Tarif & Kenaikan Klaim
Untuk menjaga pangsa pasar, sejumlah perusahaan asuransi terpaksa menurunkan tarif premi atau memberikan diskon lebih besar kepada nasabah. Langkah ini memang membantu mempertahankan portofolio, tetapi berdampak pada menurunnya pendapatan premi bersih.
Di sisi lain, klaim dari lini kendaraan bermotor, kebakaran, dan bencana alam mengalami peningkatan. Cuaca ekstrem dan frekuensi bencana yang tinggi mendorong perusahaan memperkuat cadangan klaim, sehingga modal untuk ekspansi menjadi terbatas.
“Risiko klaim makin tinggi tahun ini, terutama dari bencana banjir dan kebakaran properti,” ujar Rizky Hidayat, Direktur Teknik salah satu perusahaan reasuransi nasional.
Regulasi & Tantangan Literasi
Selain faktor ekonomi dan risiko klaim, tantangan lain datang dari sisi regulasi dan literasi. Penerapan pengawasan berbasis risiko membuat perusahaan harus berhati-hati dalam mengatur eksposur dan modal. Sementara itu, tingkat literasi asuransi di masyarakat masih rendah, khususnya di daerah luar kota besar.
Arah Pemulihan: Digital dan Kolaboratif
Untuk menghadapi tantangan ini, pelaku industri kini fokus memperkuat strategi digital dan memperluas kolaborasi lintas sektor.
Produk asuransi mikro dan kanal distribusi berbasis teknologi (insurtech) dipandang sebagai solusi efektif untuk memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan efisiensi.
“Digitalisasi dan kolaborasi adalah dua kunci penting agar pertumbuhan premi tetap terjaga. Industri harus lebih adaptif dan inovatif,” tambah Rizky.
Optimisme Tetap Terjaga
Meski pertumbuhan melambat, para pelaku industri tetap optimistis. Dengan langkah efisiensi dan inovasi yang tepat, sektor asuransi diyakini mampu bangkit kembali pada 2026, seiring membaiknya ekonomi nasional dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan asuransi.