Dalam era digital yang terus berkembang, teknologi deepfake telah menjadi ancaman serius bagi berbagai sektor. Deepfake, teknologi yang menggunakan kecerdasan buatan untuk menciptakan video atau audio palsu yang sangat realistis, berpotensi digunakan untuk tujuan penipuan dan manipulasi.
Sebelum Pemilu 2024, video deepfake yang menampilkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berbicara dalam bahasa Mandarin. Video asli Jokowi sebenarnya diambil dari pidatonya dalam bahasa Inggris di Amerika Serikat pada tahun 2015, namun dimanipulasi agar tampak berbicara dalam bahasa Mandarin. Video ini kemudian disebarkan untuk menciptakan sentimen anti-China di kalangan konservatif dan nasionalis.
Deepfake adalah teknologi yang menggunakan algoritma pembelajaran mendalam untuk memanipulasi konten audiovisual dengan sangat realistis. Teknologi ini dapat menciptakan video atau audio palsu yang tampak dan terdengar seperti asli, sehingga sulit untuk dibedakan dari yang asli. Dampaknya, deepfake dapat digunakan untuk menipu dan menciptakan kebingungan, khususnya dalam konteks lembaga keuangan dan bank.
Risiko yang Dihadapi Lembaga Keuangan dan Bank
Lembaga keuangan dan bank adalah target utama deepfake karena mereka mengelola aset dan informasi yang sangat berharga. Beberapa risiko yang dihadapi oleh lembaga ini antara lain:
- Penipuan Identitas: Deepfake dapat digunakan untuk menciptakan video atau audio palsu dari eksekutif atau karyawan bank, yang kemudian dapat digunakan untuk mengelabui pihak lain dalam transaksi keuangan.
- Reputasi Terancam: Penyebaran deepfake yang menampilkan eksekutif atau karyawan bank dalam situasi kompromi dapat merusak reputasi lembaga tersebut.
- Penipuan Keuangan: Deepfake dapat digunakan untuk memanipulasi instruksi transfer dana atau otorisasi transaksi, yang dapat mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan.
Langkah-langkah Perlindungan
Untuk melindungi diri dari ancaman deepfake, lembaga keuangan dan bank dapat mengambil beberapa langkah berikut:
- Pendidikan dan Pelatihan: Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada karyawan mengenai risiko deepfake dan cara mengenalinya. Hal ini termasuk pelatihan untuk mengenali tanda-tanda video atau audio yang telah dimanipulasi.
- Teknologi Deteksi: Mengadopsi teknologi deteksi deepfake yang dapat membantu mengidentifikasi konten yang telah dimanipulasi. Teknologi ini terus berkembang dan menjadi lebih canggih dalam mendeteksi deepfake.
- Prosedur Verifikasi Ganda: Menerapkan prosedur verifikasi ganda untuk transaksi keuangan yang sensitif. Misalnya, tidak hanya mengandalkan komunikasi audio atau video, tetapi juga memverifikasi melalui saluran lain seperti panggilan telepon langsung atau email.
- Kolaborasi dengan Pihak Ketiga: Bekerja sama dengan perusahaan keamanan siber dan penyedia teknologi untuk mengembangkan dan mengimplementasikan solusi perlindungan yang efektif.
Teknologi deepfake menghadirkan ancaman serius bagi lembaga keuangan dan bank. Risiko penipuan identitas, reputasi yang terancam, dan penipuan keuangan adalah beberapa tantangan yang harus dihadapi. Namun, dengan mengambil langkah-langkah perlindungan yang tepat, lembaga keuangan dan bank dapat meminimalkan risiko dan melindungi aset serta reputasi mereka dari ancaman deepfake. Pendidikan, teknologi deteksi, prosedur verifikasi ganda, dan kolaborasi dengan pihak ketiga adalah kunci untuk melawan ancaman ini di era digital yang semakin kompleks.